Jumat, 28 November 2008

lihat

Kamu


Hilang, tergerus waktu.
Namun debunya menabur diladangku..
Sesal,terus saja sesal itu datang..
Membuatku membisu, dan tak pernah hilang..
Apakah engkau tahu, jika melupakan...,
Aku tak bisa..?

'Ruang' itu telah kosong..
Sesepi waktu dikala senja yg buram..
Tak ada gerak detik yg terdentang..
Pengap, aku tak mampu bernafas..
Dimanakah engkau sekarang..?
Kini bayangmu jatuhkanku kebumi..
Hingga merengkuh 'langit' tinggalah mimpi..
Untukku..

Engkau kurindu, dalam kata..
'Cinta itu kamu'

Senin, 17 November 2008

nol

Titik Nol

selintas
sesekali engkau datang
sesekali pula engkau tersenyum
namun sekejap pula
sedih itu datang
entah dari mana arahnya
hanya kurasa ingin menangis

terlalu
sepertinya aku terlalu bermimpi tentangmu
dengan adanya cinta itu
aku menadakan engkau dalam diriku
aku mengandung kerinduan tentangmu..
setiap detak jantungmu kudengar..
sungguh betapa besar,
engkau ada dalam hatiku..

ahh,
kurasa tak lagi mampu menunggu,
menunggumu menatapku seperti dulu
karena hari tak lagi sama
jauh, engkau telah melangkah pergi

maaf..
jika sampai akhir
aku tak berani berkata..

kosong

tak ada suara disini
gerak pun terasa asing sekarang..
engkau yang masih saja menatapku
sangat kaku dan penuh benci..
akan waktu yang disebut 'masa lalu'

aku tak mengerti engkau
jadi jangan melihatku seperti itu
bukan salahku jika ia tak menyukaimu
dan jangan katakan pula,
jika cinta hanya sebuah ilusi keputus asaan
tidakah kau ingat tentang senyummu kala itu.?

ahh,
aku tak lagi mengerti..
kenapa engkau tak pernah lagi tersenyum
bukankah tak semua sayapmu patah..?
oh, cermin..
Engkau terlalu jujur....

dulu

Cerita Tanggal 20 Mei

Kurasa tak ada ‘Setan’ dihari itu, aku ragu apa yang membuatku terbangun sepagi ini. Apakah jumlah Malaikat dikamarku kian banyak? Ataukah Setan tak lagi peduli, karena aku akan tetap seperti itu, walau tanpa mereka goda? Entahlah….

Apapun itu terserah, aku pun mencoba untuk tak terlalu repot, kubiasakan hal yang tak biasa itu, karena mungkin dalam setahun itu, itulah aku yang sangat sadar untuk bangun dan berkata “Akhirnya Sholat Subuh..!!!”.

Air di pagi itu, sangat dingin dan rasanya sangat tak bersahabat, aku ingin mandi dan mengakhiri anyirnya aroma tak sedap tubuhku yang belum mandi dari kemarin. “Aku ingin ada saat mereka ada”, itu kataku saat itu.

Dipagi itu, sebenarnya aku tahu apa yang membuatku bangun sepagi ini, aku tahu apa yang membuatku berarti untuk bangun sepagi ini, walau mungkin ada yang tak menyadarinya.

Dan tibalah aku disana, kupijakan kakiku ini. Terasa kaku memang, “apakah aku telah ‘gila’?” “Apakah aku sedang ‘sakit’?”, kalimat tanya yang terus saja terulang. Iseng kusentuh kepalaku, tak kurasa panas berlebih, malah kurasa aku kedinginan, tapi bukan karena demam.

Kulihat, dan itulah Ia, seseorang yang rasanya sangat penting untuk ada. Senyum sederhana yang selalu ingin kulihat, “Senyum sempurna yang ada untuk merapuhkanku”, menurutku. Langkah, kulangkahkan sekali lagi, masih agak aneh, tapi mencoba untuk tak lebih peduli. Kubiarkan, aku ada karena aku menyukainya. Bukan untuk siapa-siapa, tapi hanya untukku yang telah jatuh hati padanya, jika saja saat itu ia tahu tentang kerinduanku padanya.

Kulewati pagi dan siang itu. Kubiarkan berlalu, tak banyak hal ‘lebih’ pada hari itu, yang kuingat hanya satu kalimat gurauan seorang teman yang membuatku ‘mati’ sesaat, saat teman itu mengucapkan sesuatu yang membuatnya menatapku. Waktu itu entah kemana pikiranku, aku diam dan hanya tersenyum. Aku terlalu payah., tubuhku hanya gemetar dan kaku, terlebih lagi lidahku yang berakhir dalam kebekuan.

Senja itu, sepi memang, rasanya aku sakit dihari itu. Dari pagi sampai senja itu tersenyum padaku, aku tak tahu apa yang berjalan dikepalaku. Apakah ia, apakah itu, ataukah lainnya, entahlah. Tak ada yang pasti dengan apa yang kupahami saat itu, membingungkan.

Dan malamku datang, kulihat dan coba merasa . aku tak yakin dengan diriku disaat itu, apakah aku memang sakit atau hanya ‘sakit’? Ia tak bisa kurasa, sepertinya kejadian menjelang sore itu, ternyata aku tak terlalu suka cara ia memandangku saat itu. Aku tak suka, aku tak sangat rendah untuk dipandang seperti itu, mungkin…

Lupakan, itulah yang kulakukan dimalam itu, ini sudah malam, namun sadarku tak juga lelah, ‘ia’ masih sangat sadar untuk membuatku sadar. Kupandangi Tv, sedikit kurelax’kan pikiran ini sambil membaca, bukan cerita berat, hanya sebuah novel pendek berjudul ‘Vanya’. Itu punya saudaraku, tapi kuminta waktu ia mau pulang ke Cirebon (kuliahnya udah selese).

Ia datang, aku sangat terkejut, ternyata semalam ini ia belum juga tidur, apakah tak ada arti lelah dipikirannya (ternyata tidur siang), ataukah karena ia telah terbiasa..? Entah…

Segelas kopi dan sebuah buku, yang menurutku sangat tebal. Maaf saja, aku tak begitu paham dengan yang disebut tebal, karena yang pernah kubaca hanya komik (cuma pake nomer,1,2,3 dst), jadi tak ada istilah tebal (adanya banyak). Buku itu bersampul hitam dan bertuliskan dengan tinta warna emas, sedikit kutengok dan coba membaca judulnya.. “Fiqih Wanita”, Wow, bener-bener kaffah, “itukah yang engkau yakini” pikiranku disaat itu, memang tak terlalu sangat terkejut, jika ada yang membuatku terkejut adalah jarak yang rasanya terlalu jauh untuk bisa kukejar (Ohhh Tuhan, ini berbeda sekali). Walau dengan sangat kencangnya kuberlari, aku tak yakin jika langkahku mampu segaris dengannya..

Ia duduk disebelahku, dikursi yang sama. Rasanya aku dan dia mencoba membuat diri ini terasa nyaman, tak ada kata-kata yang bisa kuucap, aku terlalu kaku, “Dia ada disebalmu Deni!!!”. Kata-kata itu terus bicara, tak bisa kubuat diam. Saat itu, karena terlalu sibuk menyuruh sesuatu yang tak bisa kusuruh.. Aku terkejut dan sangat kaget saat ia bertanya..

“baca apaan?”

aku hanya menjawab “oh ini, novel lucu”

Cuma itu, cuma itu yang bisa kujawab..

Payah sekali…..Huakakakakakakaka

Dan ia pun pergi, aku sekali lagi menyesal, membodoh-bodohi diri sendiri. Tak pernah mampu mengatakan padanya “Assalamuallaikum nonn manis yang berjilbab, aku menyukaimu”. Itu saja, itupun kalau sangat berani. WKekekekekeke.

Sudah dan sepertinya sudah, ia tak mungkin lagi ada dikursi ini, dan kuakhiri pula apa yang kubaca, menonton Tv sekali lagi, tapi lebih serius. Liga inggris (lupa sapa lawan sapanya). Aku tak ingat itu jam berapa, kurasa diatas jam 11 malam.

Sesaat, waktu terasa cepat berlalu…

Pintu kamar tempat ia tidur diketuk, ternyata temanku mengetuk kamarnya, seorang teman yang juga mengharapkannya,He.2006x, aku ada dibelakang pertunjukan itu, duduk manis dan berfikir dengan semua kekalahan, habis, maka biarlah jika itu ada.

Sakit..? Memang, malah aneh jika tidak merasakannya, entah karena aku yang terlalu bodoh atau memang aku merancang diriku dengan kenaifan itu. Mungkin jika ada hal yang sedikit kupahami adalah aku yang tak pernah berfikir jika aku ada dalam ‘keberbedaan’ dengannya…

Mungkin jika ada, aku tak terlalu berkenan untuk ‘ada’

Tak ada makna dalam rangkaian kata-kata (kosong)..

Maka tiadalah kalimat “Apa kabar Cinta..?”

Tak ada, dan tak ada lainnya… Berakhir dalam per’andai’an sekali lagi..

Ahhh.............................

She

Senandung Tentang Seseorang

Manusia ini, yang tiap malammu datang, terus saja ber’prosa’, walau ia sendiri tak terlalu paham dengan apa yang ia tulis. Hanya sebuah harapan, jika kelak ada waktu untuk biasa menyapamu dengan lebih baik. Walau tak sungguh indah, jika engkau membacanya..


“Jilbab itu, jilbab yang selalu engkau kenakan.

Yang selalu saja membuatmu terasa lebih indah..

Jika engkau sangat menyakininya, kenakanlah selalu..

Karena itulah bahasamu, keanggunanmu..

Walau sangat sedikit orang yang memahaminya..”


Itulah kalimat singkat, yang mungkin kan engkau dengar,

Jika waktu ada, untuk buku ini ditanganmu..

Terakhir…

Diruang itu, dikarpet hijau itu engkau duduk bersimpu, dan Tersenyum..

Kuharap suatu kala aku bisa mengetuk pintunnya.. ^_^

Malam

Malam semakin larut, kukira hari ini aku telah sungguh melangkah. Ternyata sejengkal pun aku tak beranjak dari masa lalu yang ingin kutinggalkan. Aku masih membawanya, terlebih lagi aku memeluknya terlalu erat, hingga melihatmu hilang adalah sebuah rasa aneh yang sakit. Terlalu sering aku melamunkanmu, terlalu sering aku memimpikanmu yang mungkin tak memiliki sedikit pun waktu untuk memikirkanku, terlebih lagi bisa merindukanku. (ketidak PD’an Mode On). Mencoba mengusirmu, dengan mengharap kantuk itu cepat datang dan meniupkan keletihan pada kedua mataku. Ternyata tak juga jatuh dalam mimpi, ternyata aku masih terjaga jelas, aku mulai bingung tentang apa yang harus kulakukan untuk membuatku terebah dalam peraduan itu. Coba dengan cara kuno, menghitung domba misal.. sayang aku tak biasa melakukan itu, dan aku pun tak terlalu tertarik untuk melakukannya, apalagi kata domba terlalu identik dengan sate.. jadi aku batalkannya karena bisa membuatku lapar dan makin lama terjaga.. dan jika aku harus menghitung yang lainnya, terlebih lagi bintang.. ah dari kamar ini tak ada satu bintang pun yang bisa kulihat, karena dikotaku bintang sulit sekali terlihat indah, terlalu banyak lampu yang membuatnya samar terlihat. Kucoba satu cara lain, menyalakan komputerku, kuaktifkan Jet Audio, kupilih playlist yang mungkin sesuai dengan keadaan hatiku saat ini. ahh, dapat. lagu ini rasanya cocok sekali, apalagi lagu ini sudah sering aku dengar selama setahun ini. Kuaktifkan dan terlantunlah lagu yang dibawakan oleh GIGI, bunyi syairnya sederhana namun aku rasanya mengenal cerita seperti ini, kalimat yang paling kusuka dari semua bagiannya. “ini kulakukan untukku, karena memang kujatuh hati, pada dirimu sang kekasih, sungguh kujatuh hati, hanya saja kau tak tahu itu”.

Sambil mendengar lagu itu, ternyata aku makin mengingatmu dan rasanya aku makin terjaga jelas, ingin kumatikan namun aku tak suka suasana terlalu sepi. Dalam keterjagaan itu aku mulai banyak bicara, bicara dengan diri sendiri, sebenernya itu terlihat terlalu aneh untuk sebagian orang, namun untukku itu telah menjadi kebiasan, apalagi banyak dari waktu hidupku habis hanya untuk mengucap “andai”. Sebenarnya aku tak langsung ingin tertidur, aku terlalu takut untuk merebahkan apa yang kulihat dihari ini akan menjadi mimpi. Aku ingin menghilangkannya, Karena setiap mimpi tentangmu adalah sesal yang tak tertahankan. Kurubah pososiku tidur, menyamping kekiri, menyamping kekanan, telungkup dan menengadah.. tak juga membuatku semakin baik, aku semakin gelisah, apalagi kalimat-kalimat yang kudengar dihari ini membuatku sangat takut, jika suatu kala engkau telah ‘terpeluk’ orang lain. Engkau yang entah sedang apa sekarang, mungkin telah tidur, karena sekarang sudah menunjukan pukul 2.30 pagi, mungkin jika tak ada yang ‘datang’ engkau telah bangun dan membasuh wajahmu dengan wudlu, dan diantara dinginnya lantai itu engkau hamparkan sajadahmu, mengucap doa dan sebuah kesyukuran yang engkau rasakan hingga saat ini.

Jam telah menunjukan 3 pagi, aku masih saja menatap dinding-dinding kamarku, mencoba mencari jawab tentang apa yang masih kurasakan padamu. Bukankah waktu salama 2 tahun cukuplah untuk menghilangkanmu dari mimpiku. Mungkin benar kata temanku, aku memang melangkah kedepan, namun aku pun membawa apa yang tak bisa kuusahakan dulu kala itu. Aku membawa serta mimpi tentangmu, tentang engkau yang selalu kudoakan untuk mampu kuhalalkan. Jauh hari sebelum hari ini, aku memang tak sedikitpun menghilangkanmu biar sesaat ada seseorang yang datang, engkau tetap ada walau dalam bayangan yang samar, dan yang paling tak kukira jika yang datang sesaat itu makin membuatku inginkan engkau, dan semakin membuatku ‘sakit’ untuk setiap detik kenangannya. Sekarang aku ada disuatu ketika yang tak kuketahui sama sekali.

hari

jauh hari sebelum hari ini

dingin..
entah kemana sesuatu itu hilang
entah dimana aku akan berhenti
semuanya kian samar
tak sungguh kosong
hanya.. aku tak lagi melihatnya

aku mengingatnya..
mendengar detak jantungnya.
dalam angan itu
aku ingin memeluknya
dan berbisik padanya..
"aku mencintaimu"
sayang tak ada kata halal saat itu

berlalu
dalam kebisuan itu..
hanya sepi dan tak lagi ada cerita
semuanya telah menjadi yang lalu
namun aku tak pernah 'meletakkannya'..
ia selalu kubawa..
hingga saat ini..
saat semuanya menjadi kenangan yang 'sakit'

Minggu, 16 November 2008

kamu

Jadilah

Jika engkau sangat menginginkanya

Terbanglah dengan sayapmu.

Tinggi dan hinggaplah disuatu tempat

Dimana semua hal bisa engkau sebut kebahagian


Maaf

Aku tak bisa ikut bersamamu

Karena tak ada sayap menjulang dipunggungku

Karena aku tak memiliki apa yang bisa menghidupkanku


Maka

Biarkanlah aku tetap disini

Duduk diam menunggumu

Menunggumu pulang dan bercerita

Tentang dunia, tentang warna dan wewangiannya


Dan tentangmu

Jika suatu kala engkau terbang sekali lagi

Enggankah engkau mengajakku

Karena saat ini, engkau menjadi yang kurindu.

leaf

sehelai daun jatuh didepanku
tak sungguh robek..
namun ia 'basah'

ia bertanya..
apa karena pohon yang mulai enggan?
ataukah..
angin yang terlalu kencang?

tak bisa kujawab..
karena aku bukan pohon.
namun yang bisa kukatakan hanya..
biarlah aku memelukmu dan menjadi sayapmu,
dan mengajakmu terbang sekali lagi,
walau hanya sebentar..
sebagai tanda maaf,
jika akulah yang membuatmu jatuh,
dan 'basah'..