Senin, 17 November 2008

Malam

Malam semakin larut, kukira hari ini aku telah sungguh melangkah. Ternyata sejengkal pun aku tak beranjak dari masa lalu yang ingin kutinggalkan. Aku masih membawanya, terlebih lagi aku memeluknya terlalu erat, hingga melihatmu hilang adalah sebuah rasa aneh yang sakit. Terlalu sering aku melamunkanmu, terlalu sering aku memimpikanmu yang mungkin tak memiliki sedikit pun waktu untuk memikirkanku, terlebih lagi bisa merindukanku. (ketidak PD’an Mode On). Mencoba mengusirmu, dengan mengharap kantuk itu cepat datang dan meniupkan keletihan pada kedua mataku. Ternyata tak juga jatuh dalam mimpi, ternyata aku masih terjaga jelas, aku mulai bingung tentang apa yang harus kulakukan untuk membuatku terebah dalam peraduan itu. Coba dengan cara kuno, menghitung domba misal.. sayang aku tak biasa melakukan itu, dan aku pun tak terlalu tertarik untuk melakukannya, apalagi kata domba terlalu identik dengan sate.. jadi aku batalkannya karena bisa membuatku lapar dan makin lama terjaga.. dan jika aku harus menghitung yang lainnya, terlebih lagi bintang.. ah dari kamar ini tak ada satu bintang pun yang bisa kulihat, karena dikotaku bintang sulit sekali terlihat indah, terlalu banyak lampu yang membuatnya samar terlihat. Kucoba satu cara lain, menyalakan komputerku, kuaktifkan Jet Audio, kupilih playlist yang mungkin sesuai dengan keadaan hatiku saat ini. ahh, dapat. lagu ini rasanya cocok sekali, apalagi lagu ini sudah sering aku dengar selama setahun ini. Kuaktifkan dan terlantunlah lagu yang dibawakan oleh GIGI, bunyi syairnya sederhana namun aku rasanya mengenal cerita seperti ini, kalimat yang paling kusuka dari semua bagiannya. “ini kulakukan untukku, karena memang kujatuh hati, pada dirimu sang kekasih, sungguh kujatuh hati, hanya saja kau tak tahu itu”.

Sambil mendengar lagu itu, ternyata aku makin mengingatmu dan rasanya aku makin terjaga jelas, ingin kumatikan namun aku tak suka suasana terlalu sepi. Dalam keterjagaan itu aku mulai banyak bicara, bicara dengan diri sendiri, sebenernya itu terlihat terlalu aneh untuk sebagian orang, namun untukku itu telah menjadi kebiasan, apalagi banyak dari waktu hidupku habis hanya untuk mengucap “andai”. Sebenarnya aku tak langsung ingin tertidur, aku terlalu takut untuk merebahkan apa yang kulihat dihari ini akan menjadi mimpi. Aku ingin menghilangkannya, Karena setiap mimpi tentangmu adalah sesal yang tak tertahankan. Kurubah pososiku tidur, menyamping kekiri, menyamping kekanan, telungkup dan menengadah.. tak juga membuatku semakin baik, aku semakin gelisah, apalagi kalimat-kalimat yang kudengar dihari ini membuatku sangat takut, jika suatu kala engkau telah ‘terpeluk’ orang lain. Engkau yang entah sedang apa sekarang, mungkin telah tidur, karena sekarang sudah menunjukan pukul 2.30 pagi, mungkin jika tak ada yang ‘datang’ engkau telah bangun dan membasuh wajahmu dengan wudlu, dan diantara dinginnya lantai itu engkau hamparkan sajadahmu, mengucap doa dan sebuah kesyukuran yang engkau rasakan hingga saat ini.

Jam telah menunjukan 3 pagi, aku masih saja menatap dinding-dinding kamarku, mencoba mencari jawab tentang apa yang masih kurasakan padamu. Bukankah waktu salama 2 tahun cukuplah untuk menghilangkanmu dari mimpiku. Mungkin benar kata temanku, aku memang melangkah kedepan, namun aku pun membawa apa yang tak bisa kuusahakan dulu kala itu. Aku membawa serta mimpi tentangmu, tentang engkau yang selalu kudoakan untuk mampu kuhalalkan. Jauh hari sebelum hari ini, aku memang tak sedikitpun menghilangkanmu biar sesaat ada seseorang yang datang, engkau tetap ada walau dalam bayangan yang samar, dan yang paling tak kukira jika yang datang sesaat itu makin membuatku inginkan engkau, dan semakin membuatku ‘sakit’ untuk setiap detik kenangannya. Sekarang aku ada disuatu ketika yang tak kuketahui sama sekali.

Tidak ada komentar: