Senin, 26 Januari 2009

tamat

angin sore.., kurasakan dinginya melewatiku..
sama seperti dinginya udara yang bercerita tentang kehilangan.
tak ada rintik hujan memang..
terlebih lagi butiran salju.. karena cerita ini ditropis..
tak ada romantisme lebih..
selain seikat kenangan yang masih kugenggam,
dengan hatiku, tentangmu...

mungkin semua memang telah selesai..
aromamupun tak lagi ada untuk kuciumi..
hilang bersama kata "yang lalu"
engkau tak ada, tak ada diruang ini..
tempat dimana pernah kulihat..
engkau tertawa, tersenyum ataupun marah..
ahhh, memang telah lewat..
tapi tetap saja aku ingin sekali melihatmu lagi
seperti saat itu, dimana engkau sangat dekat..
hanya sebuah rak kaca yang ada didepan kita..
aku rindu, namun tak tahu...
apa itu masih berguna..?

selesai..
sebenarnya cerita ini telah selesai..
selesai saat kulihat engkau yang serba putih dan memang,,
"terlalu putih"
sendainya saja aku mengerti nilai dari sebuah kelayakan dimatamu..?
mungkin aku akan lebih realistis..
dan tak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pemimpi...

tamat.

Senin, 19 Januari 2009

berkenan

Maaf jika Tak berkenan

ambilah belati ini,
jika itu yang mungkin benar.
iris dan robeklah dadaku,
renggutlah hati yang ada didalamnya.
lalu basuhlah itu,
hapuskan namamu darinya,
jika memang sangat tak berkenan,,
untuk ada....

lepas itu..
jauhkan yang tersisa darinya.
bukan, bukan karena sangat tak ingin.,
bukan pula karena tak bisa lagi merasa..
hanya saja aku tak mampu tuk menahan,
jika rasa tentangmu..
akan selamanya ada..
dalam ruang sepi bernama "rindu"

engkau kucintai, bukan karena sebuah sepi..
tapi karena engkau bisa kucintai..

Selasa, 06 Januari 2009

lagu

Yang Terlupakan

(yang bertuliskan miring dikutip dari lagu Michael Says "sakit hati")


Aku terluka..

Sebelum aku bicara

Aku mencoba

Bertahan andai ku bias


Sepenggal lirik dari sebuah lagu

Ya itulah kenangan, itulah masa lalu yang mungkin tak pernah ada untuk bias dilupakan, karena aku tak bias melupakan.. sekeras apapun suara yang kuteriakan diantara dinding-dinding kamarku yang bisu.. kemanakah rasa nyaman yang pernah kuimpikan..? karena sesaat aku pernah merasakannya, jelas dan selalu membuatku tersenyum, namun sayangnya aku belumlah terbangun dari tidurku yang nyenyak itu, karena aku yang sekarang menjerit sakit..


Tinggalkan aku sebelum jatuh

Lupakan aku sebelum jauh


Kalimat-kalimat yang tak pernah ada untuk didengarkan, karena semuanya hanya berakhir dalam hati yang diam, mencari jawab.. “kenapa?”, kenapa yang disebut “berhati” tidak selalu ada diruang hati yang kita rindu untuk ada..? ternyata hanya ilusi kosong dari sesuatu yang tak pernah ada.. Dia itu “kosong”..


Jangan pernah engkau kembali padaku

Takan pernah aku memaafkanmu

Ironi=Ironis

Srigala Keselek Biji Kedongdong


Aku jatuh..

Pada suatu ketika..

Dimana semua hal adalah yang asing..

Aku hanya diam..

Melihatnya dan hanya memandanginya..

Aku kaku, dan selalu saja beku..


Aku ingin hidup..

Saat itu rasanya aku ingin bisa terus berharap..

Kepadanya dan hanya kepadanya..

Seseorang yang masih bisa kurindu..

Walau semua tentangnya semakin tak kumengerti..


Dan pada suatu ketika

Aku terdampar..

Aku terkapar..

Tak sungguh lemah dan lemas..

Hanya saja tak ada yang bisa kuyakini lagi..

Kadang mulai terlintas..

Dan semakin sering datang untuk setiap jengkal waktunya..

Aku mulai mencoba untuk menghilangkanya..

Aku tak ingin lebih pahit dari ini..


Hingga dalam sebuah waktu yang sunyi..

Sehelai daun jatuh didepanku..

Awalnya hanya kutengok akan keberadaannya..

Sampai pada suatu ketika..

Ia robek..

Basah..

Ia telah terlepas dari pohon yang telah menjaganya selama ini..


Ia berkata..

Tentang sakit, dan mencoba lebih kuat..

Ia bertanya tentang “kaffah”..

Ya, sebuah kata yang pernah kutulis di buku catatanku..

Kata, yang kumaknai ada pada nama yang kurindu hingga detik ini..

Tak banyak kata yang bisa kujelaskan..

Karena sedikit hal yang kuketahui..

Karena aku memang tak mengerti apa-apa..

Yang kumengerti dan kuketahui hanya..

Bahwa orang bodoh ini terlalu bodoh untuk mengerti cinta..

Walau sangat aku tahu..

Jika cinta itu pun aku butuhkan…

Namun aku terlalu takut..

Karena ia kaffah, karena ia berbeda..

Dan jika memang aku tahu dan memahami dirinya..

Aku pasti mengerti..

Kenapa ia memakai Jilbab..


Aku seperti seekor Srigala..

Yang melolongkan kerinduan kepada “Bulan”..

Sayang “Bulan” tak mungkin turun kebumi..

Terlebih lagi Srigala itu…

Tak cukup punya suara untuk berteriak..

Srigala itu terlalu takut jika lolonganya tak cukup merdu untuk “Bulan” dengar..

Walau sebenarnya tak ada istilah merdu dalam sebuah lolongan..

Yang dibutuhkan hanyalah keberanian..

Untuk berkata..

May I ?

atau

"Adakah satu kebaikan yang bisa membuatku membisikan kata cinta itu ditelinga dan hatimu???? "

Sabtu, 03 Januari 2009

Losser

Losser Mentality


kudekap, ingin rasanya mendekapmu erat, namun sayang kita tak ada di waktu dan cerita yang sama, dimana kala itu engkau adalah keindahan untuk seorang temanku yang begitu ia inginkan. karena semua terlihat jelas, dari gerak dan suara yang ia tunjukan didepanmu ataupun didepanku.

sore, adalah awal untuk sebuah cerita tentangmu, tentang dirimu yang selalu kunanti untuk melangkakah dan membasahi ladangku yang kering. padamulah, saat itu terasa kutemukan kesejukan yang mampu lebih lama menghidupkanku, karena kehadiranmu selalu membuatku merindu, karena dengan itu kumampu melewati semua hujan yang terasa lebih sering dari biasanya, dan terkadang seperti memaksaku untuk tak melihatmu pada hari dimana engkau ada dirumah itu..

coba kumengerti tentangmu, mencoba mengenal sedikit tentang warna-warna yang engkau lukiskan dalam lembar-lembar hidupmu. namun aku tak cukup mampu untuk melangkah dalam keasingan itu, terlebih lagi aku terlalu takut untuk berubah.. aku takut jika semua hal menjadi yang haram untukku, karena takan lagi ada cerita jika wajahmu bisa kupandangi lebih lama, atau matamu yang tajam itu, yang begitu ingin kumasuki hingga ku tahu seseorang seperti apa yang menurutmu indah..

angin sore yang terus berhembus, kian gelap dan semakin dingin. apalagi saat dimana aku harus melihat engkau yang begitu diharapkan temanku.. dia rela menjadi yang baik dan lebih berani dariku, mungkin kata "pejuang" sangat tepat tertempel pada punggungnya.. ya, aku tak bisa melakukan apa yang bisa temanku lakukan untukmu.. mungkin ia melampaui apa yang ia kenal akan dirinya, sedangkan aku hanya duduk diam menanti takdir, takdir yang entah kapan akan membawamu dalam pelukanku.. 100% tipe orang manja..

dan akupun memang menyerah, aku tak mampu menatapmu, terlebih lagi berangan akan indahmu, yang bisa kuindahkan dalam waktuku.. bendera itu kuangkat melebihi kata "berani" yang ada di diriku, mungkin aku mahluk paling menyedihkan, karena kusiakan apa yang Tuhan beri untukku.. karena bagaimanapun juga Tuhan takan meletakan hati seseorang kepada jiwa yang tak mampu ia kejar.. Tuhan percaya padaku jika aku mampu mengejarmu, Tuhan percaya jika aku bisa menjadi orang yang mampu mengindahkanmu, dan jika pun ada yang harus kutanya hanyalah, apakah hatimu mau kutempatkan didalam ruang diantara rusuk kiriku..? bukan seperti sekarang, masih menatap bintang, dan memohon saat menemukan bintang jatuh, dimana diyakini bisa mengabulkan sebuah mimpi.. aku kalah oleh sesuatu yang tak berwujud.. bukan karena engkau yang terlalu asing, bukan pula karena temanku lebih baik dalam mencintai, atau terlebih lagi karena Tuhan yang terlewat "iseng" dengan semuanya, maka aku menyerah... itu hanyalah alasan-alasan bodoh..

aku menyerah, karena memang aku terlalu mudah menyerah, karena aku tak mampu melangkah kedepan. dan mimpiku pun tak lagi sekuat dulu, saat pertama kali belajar berharap.. aku menyerah, karena aku kalah dengan keyakinan yang meragukan itu...Pecundang!!!!

Pesan

Cerita di Malam Yang Pekat


kulihat sehelai daun jatuh didepanku, awalnya ia belumlah robek terlebih lagi basah. ia begitu mempesonakan, bagai sebuah kelengkapan penciptaan. hingga pada suatu ketika, pada yang memiliki awal, ia jatuh dari pohon yang telah cukup lama menjaganya, menghidupkanya dan memberinya alasan untuk kuat walau harus melewati kemarau sekalipun. namun garis "finish" itu akhirnya datang, dan saat itulah kulihat ia robek dan basah, seperti halnya manusia yang menangis karena kesedihan..

kulewati banyak waktu, dalam kata-kata itu aku menemaninya, entah untuk apa aku ada dalam lingkaran ini??, akupun merasa aneh saat semua hal terasa benar. pada massege-massege itu kumulai belajar menulis, ya, menulis sesuatu yang kiranya berguna, entah apakah memang benar atau tidak, namun tetap saja aku menulis. hingga aku mulai lupa jika aku tak cukup sehat untuk menulis sebuah nasehat, karena aku yang saat itu, telah sakit dan belumlah sembuh hingga sekarang..

suatu ketika kurasa kesedihan itu kulihat jelas, entah karena aku yang terlewat sentimentil atau memang aku seperti itu. tangisnya kala itu tak bisa kuteduhkan, mungkin sangat deras hingga tak seorangpun mampu meneduhkan derai kesedihan itu. mungkin hanya pohon yang mampu mengusap air-air yang telah jatuh itu, karena hanya ia yang masih daun rindu dalam setiap hela nafas hidup yang menghidupkanya..

dan saat itulah aku mulai berfikir untuk mundur dan pergi, daun itu tak mampu kukeringkan dari luka yang merobekkanya. aku tak mampu, jadi mengapa aku masih ada ditempat yang sama?? tols-tols keybord pun terasa mulai kaku untuk kutekan, namun tetap saja kutekan, dan mulailah kualirkan kalimat-kalimat yang mungkin melebihi kemampuanku untuk berjanji..

aku akan selalu bernyanyi,
bernyanyi untuk hatimu,
walau semua orang telah memilih diam...

dan

biarlah aku memelukmu dan menjadi sayapmu,
dan mengajakmu terbang sekali lagi,
walau hanya sebentar..
hingga engkau bisa menemukan pohon yang mampu menjagamu..
sekali lagi..

ya dengan kalimat-kalimat itulah kucoba menjadi sesuatu yang sebenarnya kuragukan jika aku ini mampu. selalu bersuara untuknya, meriuhkan kesepian dengan nyanyian yang mungkin terdengar sumbang, dan selalu mencoba mengukir senyum Tuhan diantara kedua bibirnya. walau aku sendiri tak tahu apakah itu mampu untuk mengeringkan kesedihan yang mengucur deras itu, mungkin tak sederas hujan yang kadang seperti rangkaian kata-kata tanpa spasi.. namun tetap saja aku mengucapnya...

sekarang mungkin kami telah melewati jutaan detik, namun hingga sekarang tak sekalipun kulihat ia tertawa atau sedikitnya tersenyum.. ia tetap menjadi maya, ya tetap akan menjadi mimpi tentang keberadaan yang takan pernah kukenal..

semoga suatu kala ia bisa bahagia
dan bisa menemukan arah dari kebahagiaan yang selama ini ia doakan di setiap malam, dalam sholatnya... Amin

dan aku akan tetap disini..
tak akan pernah melangkah..
walau semuanya telah pergi..
karena aku ingin lebih banyak melihat keajaiban

bidadari

tak pernah kulihat ia, hanya ada dalam anganku.. namun semua ilusi terasa sangat indah jika muaranya adalah ia.. mahluk itu tak kukenal, namanya pun hanya terasa samar, tapi waktuku banyak terhabiskan hanya untuk mengingat jika ia pernah kulihat, entah dalam mimpi malam ataupun dalam lamunan siangku..


pernah kulihat ia dari balik kaca, tak terlalu jauh namun warnanya bisa kulihat jelas, dan sesaat membuatku terdiam, dalam diam yang tak ada gerak sama sekali. putih, mungkin terlalu putih hingga rasanya itu hanya ilusiku, ilusi akan sesuatu yang membuatku berharap, karena warnaku tak cukup kuat untuk tetap berwarna dalam hujan yang deras, semuanya luntur, semuanya hanya membuatku mengerti jika aku tak mampu untuk terbang, jika aku tak memiliki sayap yang bisa kuajak terbang untuk menjempunya, yang entah ada di langit keberapa.

dingin, hari ini mulai kurasa lebih dingin dari biasanya. dan waktukun tak kukira akan mulai habis. dan tentang dirinya akan menjadi prosa-prosa singkat tentang kekaguman akan warna kehidupan. ia begitu memukauku, hingga saat terakhirku memandanginya hanya sebuah tatapan kosong yang mungkin kan kulupan dan terlupakan.

bidadari itu mungkin telah terbang sekarang..
dan aku masih belajar untuk terbang..
entah untuk menjeput siapa dan dilangit keberapa..
semoga aku menemukannya sekali lagi...

(gadis cantik di fakultasku)