Sabtu, 03 Januari 2009

Pesan

Cerita di Malam Yang Pekat


kulihat sehelai daun jatuh didepanku, awalnya ia belumlah robek terlebih lagi basah. ia begitu mempesonakan, bagai sebuah kelengkapan penciptaan. hingga pada suatu ketika, pada yang memiliki awal, ia jatuh dari pohon yang telah cukup lama menjaganya, menghidupkanya dan memberinya alasan untuk kuat walau harus melewati kemarau sekalipun. namun garis "finish" itu akhirnya datang, dan saat itulah kulihat ia robek dan basah, seperti halnya manusia yang menangis karena kesedihan..

kulewati banyak waktu, dalam kata-kata itu aku menemaninya, entah untuk apa aku ada dalam lingkaran ini??, akupun merasa aneh saat semua hal terasa benar. pada massege-massege itu kumulai belajar menulis, ya, menulis sesuatu yang kiranya berguna, entah apakah memang benar atau tidak, namun tetap saja aku menulis. hingga aku mulai lupa jika aku tak cukup sehat untuk menulis sebuah nasehat, karena aku yang saat itu, telah sakit dan belumlah sembuh hingga sekarang..

suatu ketika kurasa kesedihan itu kulihat jelas, entah karena aku yang terlewat sentimentil atau memang aku seperti itu. tangisnya kala itu tak bisa kuteduhkan, mungkin sangat deras hingga tak seorangpun mampu meneduhkan derai kesedihan itu. mungkin hanya pohon yang mampu mengusap air-air yang telah jatuh itu, karena hanya ia yang masih daun rindu dalam setiap hela nafas hidup yang menghidupkanya..

dan saat itulah aku mulai berfikir untuk mundur dan pergi, daun itu tak mampu kukeringkan dari luka yang merobekkanya. aku tak mampu, jadi mengapa aku masih ada ditempat yang sama?? tols-tols keybord pun terasa mulai kaku untuk kutekan, namun tetap saja kutekan, dan mulailah kualirkan kalimat-kalimat yang mungkin melebihi kemampuanku untuk berjanji..

aku akan selalu bernyanyi,
bernyanyi untuk hatimu,
walau semua orang telah memilih diam...

dan

biarlah aku memelukmu dan menjadi sayapmu,
dan mengajakmu terbang sekali lagi,
walau hanya sebentar..
hingga engkau bisa menemukan pohon yang mampu menjagamu..
sekali lagi..

ya dengan kalimat-kalimat itulah kucoba menjadi sesuatu yang sebenarnya kuragukan jika aku ini mampu. selalu bersuara untuknya, meriuhkan kesepian dengan nyanyian yang mungkin terdengar sumbang, dan selalu mencoba mengukir senyum Tuhan diantara kedua bibirnya. walau aku sendiri tak tahu apakah itu mampu untuk mengeringkan kesedihan yang mengucur deras itu, mungkin tak sederas hujan yang kadang seperti rangkaian kata-kata tanpa spasi.. namun tetap saja aku mengucapnya...

sekarang mungkin kami telah melewati jutaan detik, namun hingga sekarang tak sekalipun kulihat ia tertawa atau sedikitnya tersenyum.. ia tetap menjadi maya, ya tetap akan menjadi mimpi tentang keberadaan yang takan pernah kukenal..

semoga suatu kala ia bisa bahagia
dan bisa menemukan arah dari kebahagiaan yang selama ini ia doakan di setiap malam, dalam sholatnya... Amin

dan aku akan tetap disini..
tak akan pernah melangkah..
walau semuanya telah pergi..
karena aku ingin lebih banyak melihat keajaiban

2 komentar:

Dhee_ant aO mengatakan...

piiiiiiiiiiiiii..............

huhuhuhuhuhu T_T

bikin nangis ajah....

Be A Sleeper mengatakan...

wo thanks banget

hehehehe