Sabtu, 25 April 2009

Falling

Part 1. Falling Into Memory


Ahh, kukira semuanya menjadi yang mudah untuk dilupakan.. Namun ternyata semua yang pernah melewatiku, berubah seperti karang, biar kualirkan begitu kuatnya hasrat ingin melupakan, namun tak juga bergeming merapuh. Dia menjadi semakin kasar dan kuat dalam urat nadiku. Mungkin benar, melupakan selalu pasti berakhir dalam ingin, dalam nyata tak sekalipun itu ada dan terjadi. Tak bisa kujauhkan namun mudah untuk kudekatkan, apakah hal itu menjadi sakit untuk selamanya?


Dentangan jam yang nyaring kudengar, tak kukira jika bunyinya sekasar itu, dan tak kukira pula jika nyaring suara itu hanya mengingatkan banyaknya waktu yang pernah dilewati, namun tak sekalipun mengalirkan sebuah dongeng yang baru. Ini, dan ini-ini yang lainnya.. Apakah menjadi sebuah kesalahan yang fatal jika yang ada untuk dirindu adalah bayangan yang ternyata menyakitkan? Ahh, aku ternyata terlalu banyak bertannya.. Bukankah semua hal terkadang menjadi hal yang asing, tak bisa dilupakan, namun untuk dirindu adalah kemudahan biar pun itu salah. Aku hilang dalam mimpi dan nyata seseorang.



Part 2. Falling Into Infinity


Alunan yang khas, tanpa ada nyanyian disana, namun aku ada untuk bercerita, aku ada untuk menceritakan semua yang pernah ada itu. Maaf aku sedikit melupakan, dan maaf jika cerita itu tak seindah bayangan kesempurnaan yang pernah kalian impikan dalam bangun atau pun mimpi kalian. Aku hanya ingin bercerita, tentang cerita yang singkat, tentang cerita pendek yang selalu bisa kuingat hingga sekarang.. Cerita tentang waktu bernama senja, tentang keasingannya yang gelap, tentang rindu yang tak kuyakini adalah benar. Aku hanya bisa berdiri disatu pintu, tempat persimpangan mimpiku yang selalu hilang setiap ia melewatiku. Aku tak lagi bisa melihat burung-burung yang bernyanyi, yang kudengar hanya nyanyian anak-anak yang selalu menciptakan keramaian, sebuah keramaian yang membuatku tak bisa mendengar detak jantungnya.


Mungkin ataupun yang lainnya, aku tak lagi menemukan apa yang lama kuyakini itu, ternyata aku telah melihatnya sebagai sebuah kehadiran yang berbeda, ternyata wujud yang biasa itu telah kutemukan saat semua hal semakin tak kumengerti. Kemanakah semuanya akan bermuara?, tak sekalipun aku meminta jika rindu adalah yang nyata untuk kurasakan saat itu, aku hanyalah ingin bisa melihat, ingin bisa mendengar, namun aku tak sekalipun berangan yang ’hadir’ itu bisa membuatku sesadar ini. Aku tak pernah merasa jika itu telah menjadi yang ’hilang’ untukku, namun apa yang tertawarkan hanyalah sebuah ilusi yang membuatku putus asa, tanpa meninggalkan satu cerita perngharapan yang bisa membuatku lebih lama berharap. Kita memang berbeda, andai saja ada satu hal yang bisa kulihat sebagai ketersamaan, dan jika yang sama itu bukan hanya wujud kita yang manusia. Aku ingin persamaan yang lebih dari itu, sesuatu yang membuatku berani untuk menunggu, sesuatu yang membuatku bisa setia menantikanmu biar dalam keasingan yang paling nyata.


Oh, cinta

Kau tarik lenganku,

Kemanakah engkau akan meletakanku?

Jangan menawariku wanginya harapan

Jika tak sungguh ada untuk diharapkan.

Tidak ada komentar: