Minggu, 28 Juni 2009

Anak PM

Touring Ala Anak PM


Peristiwa tersebut terjadi di akhir bulan, tepatnya sekitar tanggal dua puluhan di bulan Juni 2007. Sebenarnya tak ada rencana yang sangat matang jika kami akan melakukan perjalanan dengan bergerombol.


Pada bulan itu aku ada rencana pulang kampung ke Cirebon bareng Andri temanku yang juga orang Cirebon. Dan niat kami berdua itu menaiki motornya Andri dari Jogja sampai ke Cirebon. Dan kabar-kabar kepulangan kami itu terdengar oleh tetangga kamar yang rasanya memang lagi pada suntuk karena ujian akhir semester telah selesai. Jadi mereka pun ingin ikut serta dalam perjalanan yang menempuh jarak kurang lebih 360 km itu. Terlebih lagi anak-anak itu sekalian ingin silaturahmi ke rumah Riski yang ada di daerah Indramayu, jadi bisa dikatakan kami satu jurusan.


Acara pun disiapkan, dari dokumentasi sampai dengan bekal perjalanan. Rencananya yang akan mengikuti acara ini sekitar 10 orang, namun karena beberapa hal jadi yang positif terlibat dalam acara tersebut hanya 7 orang yaitu: Andri, Imam, Febri, Riski, Toto, Aci dan aku Deni. Motor diabsen dan juga siapa saja yang akan mengendarai. Selain itu bagi mereka yang sangat mengenal rute Jogja-Cirebon di harapkan panduannya yang jelas agar jangan sampai ada yang tertinggal atau tersesat. Karena yang sangat hapal rute perjalan ini hanya 2 orang yaitu Andri dan Riski maka diadakan pembagian pos. Andri berada paling depan sebagai ketua rombongan, sedangkan Riski berada yang paling belakang sebagai penjaga akhir rombongan.


Pada saat rapat-rapat terakhir sebelum hari H kami mebahas ulang tentang mekanisme kecepatan motor yang akan di gunakan, apakah 60 km/jam, ataukah lebih dari itu?. Dan kami menyepakati kecepatan motor rerata 60km/jam. Selain itu rencananya kami tidak langsung ke Cirebon, jadi selama perjalanan panjang itu kami akan singgah terlebih dahulu di rumahnya Febry yang berada di daerah Bumi Ayu, Brebes. Setelah semua di rasa beres dan clear, maka disiapkanlah bekal yang di perlukan selama perjalanan.


Hari H, hari Minggu pagi. Karena watak anak kost memang sangat fleksibel seperti karet maka rencana berangkat on time jam 6 pagi, apadaya baru pada bangun tidur, kalaupun ada yang sudah bangun masih malas mandi. Karena hal-hal yang diluar rencana tersebut maka kami baru berangkat dari daerah kost kami yang ada di Jakal jam 8.30 pagi. Ngaret 2.5 jam dari rencana. Tapi tetap di maklumi, namanya juga anak kost jarang yang bisa bangun tepat waktu, terlebih lagi setiap terjadi pergantian musim udara Jogja menjadi sangat dingin. Jangankan langsung mandi, mata melek saja sudah untung.


Tanpa lupa membaca Basmallah perjalan pun langsung kami lakukan. Kami mengambil rute Ring Road Barat sampai ke Gamping kemudian mengikuti jalur Selatan Jawa dengan melewati Purworejo, Kebumen, Banyumas, sedikit Cilacap, Purwokerto, Brebes dan terakhir ke Cirebon.


Seperti yang telah di jelaskan tentang penggunaan rerata kecepatan laju motor, ternyata tak ada satu pun yang menikuti kaidah tersebut. Terlebih lagi si Andri yang dengan nyantainya melaju motornya dengan kecepatan 90 km/jam, dan tentu saja itu membuatku yang memboncengnya panas dingin ketakutan. Seram pol cara nyalipnya Andri. Namun baru sampai daerah perbatasan antara Jogja-Purworejo ada kabar yang mengagetkan, ban motornya Imam pecah gara-gara melabrak lubang jalan yang lumayan dalam. Akhirnya Imam pun tertinggal, namun untungnya ada si Riski yang bertugas sebagai penjaga baris belakang. Dan kami pun mencari bengkel motor yang ada di daerah tersebut, alhamdulillah tak jauh dari tempat kejadian ada bengkel. Jadi selama menunggu motor Imam beres kami istirahat sejenak, terlebih lagi banyak diantar kami yang kebelet kencing. Selama istirahat tersebut ternyata cuman 1 orang yang membawa bekal air, jadinya 1 botol Mizone di bagi ke 7 orang. Payah.


Perjalanan kami lanjutkan kembali sampai di suatu tempat kami berhenti sejenak, bukan untuk istirahat namun hanya untuk berfoto ria. Kami berhenti di persimpangan di daerah Purworejo. Di daerah itu ada sebuah tugu, dan kami foto-foto di tugu tersebut. Yang jelas di dekat tugu itu ada sebuah gedung sekolah SMA.


Setelah selesai acara bernarsis ria, kami lanjutkan perjalanan melewati daerah-daerah yang lumayan baru bagi sebagian orang. Maklum 3 dari 7 orang yang mengikuti touring bersama itu anak luar pulau. Mereka anak-anak Sulawesi yang entah sengaja atau tidak terdampar di Jogja. Selama perjalanan itu Andri yang bertindak sebagai ketua rombongan masih tetap menjaga konsistensi kecepatan motornya, karenanya anak-anak yang lain sering ketinggalan jauh di belakang. Karena itu tugasku menjadi sangat penting untuk memberitahuanya jika yang lain telah tertinggal jauh dibelakang.


Setelah dirasa sudah masuk waktu dzuhur kami sempatkan untuk istirahat, dan juga sekalian memastikan kesiapan rumahnya si Febri untuk menampung kami. Tapi kami tak terlalu khawatir karena disana ada Ruli yang juga satu kost dengan kami, yap Ruli dan Febri itu kakak adik jadi tentang apa yang perlu disiapkan semuanya bisa diatur.


Setelah istirahat dan sholat selesai, kami sisipi dengan acara bernarsis ria. Lumayan buat kenang-kenangan. Oy, tambahan ternyata efek dari melabrak lubang yang cukup dalam itu ada bagian dari motor Imam yang patah yaitu step belakan yang menyangga knalpot motornya Imam, karenanya kami bener-bener dilarang ngebut. Maklum bisa membahayakan motornya Imam.


Perjalanan pun dilanjutkan, kami sudah memasuki daerah Banyumas dan sebentar lagi memasuki perbatasan Cilacap. Didaerah ini, entah sedang kesurupan atau apa si Riski melaju motornya dengan kecepatan yang masuk kategori tinggi, padahal orang yang sedang ia bonceng bukanlah orang yang bisa disebut “ringan”, namun tetap saja ia melaju motornya tanpa kompromi, bis yang sedang ngebut saja dia salip. Setelah di slidik-slidik bensin motornya sudah mau KO, jadi kalau terlalu pelan malah bisa kehabisan di tengah jalan, karena itu ia ngebut buat nyari pom bensin.


Dan tanpa disadari akhirnya kami sampai juga di rumahnya si Febri. Kami disabut oleh bibi’nya si Febri yang ternyata tinggal bertetangga. Disana kami di jamu dengan hal-hal yang mengenyangkan, pokoknya pol bikin kenyang. Setelah acara makan siang yang telah kelar, sebagian besar dari kami langsung tepar. Maklum beberapa dari kami masih belum terbiasa melakukan perjalanan jauh jadi fisik kami tidaklah sekuat mereka yang telah terbiasa. Malam hari di rumah Febri kami habiskan dengan mengobrol sambil di temani segelas kopi. Malam itu kami tak boleh tidur terlalu malam karena besok paginya langsung di laju kembali ke rumahku yang ada di Cirebon tepatnya di daerah Palimanan.


Dasarnya orang-orang males, kami ternyata bangun terlalu siang. Jadi rencana berangkat pagi dari tempat kediaman Febri harus kami undur sampai agak siangan.


Sekitar pukul 10.30 kami melakukan perjalanan lanjutan ke Cirebon. Dan kali ini motor Imam di tinggal di tempat Febri karena ada bagian yang rusak. Jadi si Imam numpang bareng Riski yang sebelumnya berboncengan dengan Febri.


Dua jam berlalu akhirnya kami semua sampai juga di Cirebon setelah melewati begitu jeleknya jalan Pantura. Pokoknya jalan Pantura yang kami lewati kala itu penuh dengan lubang-lubang yang menganga lebar, dan tugasku sebagai penumpang di motor kepala rombongan memberi tahu rekan yang ada di belakang kalau ada lubang yang dirasa bisa merusak motor. Perjalanan dari rumah Febri sampai dengan rumahku memakan waktu kurang lebih dua jam. Dan alhamdulillah kami selamat sampai tempat tujuan. Tapi di tengah perjalanan itu kami sempatkan untuk bernarsis ria di daerah yang sedang panen Bawang Merah. Tak jelas namun itulah yang kami lakukan di tengah para petani yang hanya bisa memandangi kami dengan heran.


Sesampainya dirumahku kami semua sempatkan istirahat sambil memakan makanan yang telah disediakan untuk menyambut kami. Dan setelah selesai dengan acara mengisi perut itu kami beranjak ke rumah Andri yang tak jauh dari rumahku. Minum teh dan beberapa kue sambil berfoto ria, itulah yang kami lakukan di rumah Andri.


Acara-acara kunjungan di Cirebon telah selesai, para rombongan yang terdiri dari Imam, Aci, Riski dan Toto melanjutkan perjalanan ke Indramayu, sedangkan aku dan Andri tetap di Cirebon karena dari awal kami memang tidak ada rencana untuk ikut dalam perjalananan ke Indramayu.


Beberapa hari kemudian, tepatnya hari Kamis kami akan melakukan perjalanan kembali ke Jogja. Namun rombongan yang beberapa hari yang lalu berangkat ke Indramayu singgah terlebih dahulu di Cirebon pada hari Rabunya, menginap tepatnya. Nah, disinilah terjadi peristiwa yang bikin anggota rombongan pada pusing, si Toto minggat duluan ke Jogja tanpa memberi tahu kami, otomatis kami mencari dia ke terminal bis dan sayangnya kami tidak bisa menemukannya. Dan alhamdulillah ia memberi kabar kalau ia sedang dalam perjalanan pulang, walau sebenarnya kami lumayan khawatir karena bagaimanapun juga si Toto baru pertama kali jalan-jalan jauh di daerah Jawa, dia anak Sulawesi. Tapi sampai sekarang aku belum jelas alasan kenapa ini orang kabur duluan.


Kamis pagi, atau lebih tepatnya kamis siang. Kami memulai perjalanan pulang ke Jogja. Rute yang kami ambil masih sama karena kami juga harus menjeput Febri dan Ruli yang akan ikut pulang bergrombol mengendarai motor lagi. Cuaca hari itu lumayan kurang bersahabat, karena di beberapa tempat kami terpaksa berhenti karena terhalang hujan. Dan karena hujan itu pulalah kami sampai di Jogja sudah terlalu malam. Kami sampai di perbatasan Jogja-Jawa Tengah sekitar pukul tujuh malam, dimana dalam perjalanan itu disertai gerimis mengundang. Saat perjalanan pulang ke Jogja itu formasi pengendara dan pembonceng kami rubah, aku tak lagi membonceng di Andri tapi ke Ruli walau motor yang kami gunakan tetap motornya Andri. Sedangkan Andri mengendarai motornya Imam sendirian karena bagaimanapaun juga barang yang ia bawa di ranselnya lumayan banyak. Sedangkan untuk dua formasi yang lain tak jauh berbeda, Febri tetap membonceng dengan Riski, sedangkan Imam berboncengan dengan Aci. Selama aku berformasi dengan ruli kami bergantian menyetir. Aku mendapat jatah nyetir dari Purworejo sampai Jogja dan itu lumayan membuatku kelelahan. Hal yang paling membuatku panik dan bingung adalah motornya Andri yang susah sekali kunaikan gearnya, jadi kadang bukan aku yang menaikan gear tapi si Ruli, maka bisa di bayangkan betapa repotnya perjalanan itu.


Sesampainya di Jogja kami tidak berencana langsung pulang ke kost kami yang ada di daerah Jakal Km 12. Karena kami berencana akan singgah terlebih dahulu di daerah Kali Code buat sekedar melepaskan lelah kami dengan meminum secangkir teh atau segelas kopi panas. Kami tidak terlalu lama duduk-duduk di bantaran Kali Code tersebut karena bagaimanapun juga kami memang sudah kelelahan, terlebih lagi tak ada pemandangan yang membuat kami tertarik untuk lebih lama nongkrong di tempat tersebut.


Sekitar jam setengah sepuluh malam kami akhirnya memilih pulang. Dan memang wajah kami sudah terlihat sangat lelah. Sampai-sampai makanan yang sudah kami pesan untuk kami makan sambil minum kopi dan teh itu tidak sempat kami makan semuanya. Sisanya kami bungkus. Dan memang karena lelah itu membuat kami tidak terlalu bersemangat untuk makan.


Dan akhirnya kami pun sampai juga di kost kami tercinta. Tapi tidak semuanya, karena ada beberapa orang yang tidak langsung pulang ke kost, ada yang menyempatkan diri untuk mengecek ATM, maklum uang pegangan selama perjalanan telah habis. Setelah meletakkan barang-barang yang kami bawa, langsung saja beberapa orang dari kami mandi untuk menghilangkan perasaan gerah karena keringat. Dan setelah mandi itulah tanpa sadar satu per satu dari kami tumbang. Malam itu tidur terasa nikmat sekali.


Sekian saja ceritaku tentang perjalanan panjangku bersama rekan-rekan kost PM pada bulan Juni tahun 2007 yang lalu. Perjalanan yang melelahkan namun kami menikmatinya karena setelah itu banyak hal yang bisa kami tertawai. Misalnya cerita si Aci yang menyalip mobil dari sebelah kiri dan hampir saja jatuh ke bahu luar jalan dan Toto yang bertindak sebagai penumpang merasa ketakutan sekali. Mungkin karena di Jogja menyalip dari sisi kiri itu aman-aman saja, tapi jangan sekali-kali menyalip mobil dari sebelah kiri kalau memang tidak yakin terlebih lagi di jalan besar. Beda daerah beda adat berkendara juga.


Selain cerita tentang itu, ada juga cerita yang membuatku kesal ke Aci. Malam itu, entah kami telah sampai di daerah mana, saat itu ia dan Imam bertindak sebagai rombongan terdepan, dan kurang ajarnya dia memberi tanda kalau kami aman untuk menyalip mobil yang ada di depan kami. Dia dan Imam mungkin aman untuk menyalip tapi untuk kami itu sangat beresiko, karena saat kami akan menyalip, ada mobil dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi, otomatis kami kaget setengah mati, dan satu lagi pengendara mobil di belakang kami tak henti-hentinya membunyikan klakson mobilnya, mungkin kaget dan kesal dengan tingkah kami.


Sebenarnya masih banyak cerita yang lain yang tidak kalah lucu dan anehnya, namun aku tidak berencana untuk menuliskanya semua, cukup kami ingat dalam ingatan kami masing-masing. Sekian dan terima kasih. ^_^

Hidup Anak PM!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar: