Jumat, 12 Juni 2009

Cinta Lama

Cerita Lama Tentang Cinta

Date: 11 Juni 2009



Malam ini sekali lagi hanya bisa memandangi foto-foto yang sebagian besar harusnya sudah kuhapus dua tahun yang lalu. Foto yang sama, wajah yang sama, dan sebuah kenangan yang sepertinya takan pernah berubah. Dia, dia yang sangat bahagia pada saat itu, dimana senyum manisnya ia tebarkan di semua pose yang terfoto. Ternyata bener narsis.


Hari itu, disebuah pantai yang berada di sebelah selatan Jogja. Bukan ke Parangtritis namun ke pantai Depok, lebih umumnya disebut pasar ikan. Rencananya hari itu acara syukuran bukan di adakan disana, tapi di adakan disalah satu rumah makan yang ada di daerah Klaten (lupa namanya apa), namun karena sedikit orang yang ikut serta maka acara pun berpindah tempat. Entah siapa yang memberi ide tentang tempat yang bernama Pantai Depok, yang jelas bukan aku karena aku pun baru pertama kali singgah disana.


Oy, sebelum aku bercerita tentang acara kami yang berlangsung di pantai Depok itu, ada sedikit cerita yang lumayan lucu beberapa puluh menit sebelumnya. Suatu ketika sebelum aku berangkat ke tempat kami semua ngumpul, aku dapat telpon dari ibuku, dan terjadilah sebuah dialog;


“lagi ning ende den.?“

“Ning burjo, lagi pengen lunga“

“lunga mendi?”

“syukuran wisudaane batur KKN”

“demenane sira?“

“dudu, batur bener“

“kang bener?“

“beneran..!!“


Ya itulah dialog singkat dengan ibuku di pagi itu. Kalau boleh mengamini, Amin bener jika kelak kami bisa jadian (Nikah.Red, maklum dia ga mau Pacaran). Tapi itu dulu, waktu ku tahu jika ia masih sendiri. Kalau sekarang? Wallahu’alam........


Kembali ke cerita awal.

Hari itu yang datang di acara syukuran itu hanya 6 orang termasuk yang punya hajat (Aan, Nuril, Nining, Ima, Mufit dan Aku). Bisa di maklumi karena kami memang sudah sangat jarang berkomunikasi antara satu dengan yang lainya. Jadi jika acara itu masih sempat dihadiri beberapa orang dari kami itu masih bisa disyukuri. Karena bagaimanapun juga ada beberapa orang dari kami telah lulus terlebih dahulu, dan sisa yang lainnya tak ada kabar jelas. Namun ada seseorang yang menghubungi si punya acara kalau dia sedang mudik ke rumahnya jadi tidak bisa mengikuti acara tersebut. Tapi selama menunggu teman-teman lain datang, ada satu kejanggalan karena hari itu aku tidak melihat sosok wakil ketua KKN’ku. Maklum biasanya selalu ada pemandangan “lengket bak perangko“, Alhamdulillah hatiku lebih adem kalau memang ia tak datang.


Perjalanan dari tempat kami berkumpul sampai ke pantai Depok memakan waktu yang lumayan lama, kurang lebih satu jam perjalanan. Yang pasti kami melewati jalan Parangtritis yang panjangnya puluhan Kilometer itu. Pegel Pol. Selama perjalanan aku numpang di motornya Mufit, maklum motor lamaku tak layang untuk diajak perjalanan jauh. Risiko terberat adalah turun mesin. Dan selama perjalanan yang lama dan membosankan itu, entah karena memang gelora kenarsisan yang kelewat memuncak, sesekali kami foto-foto di atas motor yang sedang berjalan. Orang aneh semua.


Sesampainya kami di pantai Depok, tak jauh dari tempat kami memarkirkan motor, sesekali foto-foto lagi. Bener-bener. Karena pantai Depok adalah pasar ikan, jadi kami bisa membeli ikan terlebih dahulu baru kemudian memilih rumah makan untuk memasakan ikan yang telah kami beli. Tapi karena hari itu adalah perayaan syukuran orang yang baru kelar kuliah, jadi semua pengeluaran di tanggung penyelenggara acara.


Di tempat makan itu, Allahu Akbar.. lama sekali ikan-ikan itu matang. Karena sebelum berangkat tak membekali perut dengan cemilan atau sejenisnya maka kelaparanlah disana, hanya bisa mengisi perut dengan es kelapa muda yang tanpa sadar mulai habis. Kami para laki-laki yang jumlahnya ada tiga orang dan satu orang perempuan dengan setia menanti makanan-makanan itu datang, sedangkan dua gadis kecentilan sedang foto-foto bersama di bibir pantai, maklum mereka berdua memang memiliki kadar kenarsisan yang lumayan tinggi, terlebih lagi adeku itu. Poll narsisnya.


Makanan pun datang setelah menunggu satu jam lebih. Namun sebelum acara makan-makan dimulai terlebih dahulu ada acara foto bersama dengan ikan yang warnanya sudah kecoklatan karena kecap. Sesekali kucoba merayu nona penyelenggara acara untuk foto bersama (berdua saja), sayang dia menghindar. Ya, setelah selesai intermezo-intermezo yang tak jelas di lahaplah ikan-ikan tersebut. Dan dengan nafsu yang telah menggebu-gebu terlebih lagi karena perut memang telah sangat lapar kuambil potongan ikan yang lumayan besar, dan Alhamdulillah ternyata perutku tak cukup mampu menampung banyak ikan. Aku keburu kenyang padahal makanan yang baru ku makan hanya beberapa persen dari keseluruhanya. Mungkin karena dari tadi sudah kelewat lapar makanya lambungku mengalami penyempitan, hasilnya tak banyak makanan yang masuk ke dalam perutku.


Tapi apa yang terjadi denganku tak sama dengan apa yang terjadi dengan dua perempuan yang duduk di depanku, dimana secara sekilas mata ku tahu jikalau mereka memang tak bisa di sebut langsing. Walau salah satunya memahai jilbab yang lumayan panjang, tapi dari pipinya yang terlihat melebar kesamping bisa di ketahui jika perempuan itu memang sedang bahagia dan doyan makan. Makanan-makanan yang ada di atas meja lahap. Dan aku hanya bisa memandang takjub pemandangan tersebut sambil nyemil lalaban yang rasanya jarang yang makan kecuali aku. Dan benar ikan pun bersih semua. Juara makan siang itu adalah Nuril dan Ima.


Setelah acara makan kami selesai dan foto-foto susulan (si Ima kaya orang kesurupan liat air laut), kami berencana untuk singgah ke tempat KKN kami yang ada di Kecamatan Berbah. Saat perjalan kami sudah mulai terasa dekat dengan tujuan terjadi hujan yang lumayan lebat. Dua dari tiga motor memilih untuk berteduh terlebih dahulu, sedangkan motor yang di kendarai Nuril dan di bonceng Ima melesat entah dengan kecepatan dan kenekatan yang seperti apa, melabrak hujan. Ini bisa di pahami, karena Nuril biarpun perempuan memang sering kami sebut pembalap. Dan benar mereka sampai terlebih dahulu ke sebuah rumah yang dulu menjadi pos KKN kami.


Sesampainya disana kami bersilaturahmi dengan keluarga besar bu Edy yang sudah beberapa bulan tidak kami temui. Suasana yang sama, dan memang masih sama, namun ada beberapa bagian yang telah berubah karena terkena gempa di bulan Mei setahun sebelumnya. Kami tidak terlalu lama bernostagia di sana, karena kami sampai di rumah itu sudah terlalu sore. Jadi setelah magrib kami pulang.


Kami pulang tidak langsung ke kost atau rumah kami masing-masing. Kami kembali ke tempat kami berkumpul sebelum berangkat, karena motornya si Nuril di tinggal di parkiran Gedung Rektorat UII yang ada di jalan Cik Ditiro. Sesampainya disana baru kami bertukar posisisi. Mufit dia tak langsung pulang ke Jakal atas karena harus menjemput adiknya yang baru sampai dari Kebumen di terminal Giwangan. Ima kembali menaiki motornya yang dari tadi dipegang Nuril, ia pulang ke rumah bibinya yang ada di belakang kampus IAIN Sunan Kali Jaga. Sedangakan aku, Aan, Nuril dan Nining akan kembali ke kost kami yang ada di Jakal atas. Sebelum terjadi perpisahan yang rasanya tak ada haru sama sekali, seperti biasa si Ima menggodaku;


“Den, kamu bonceng mba Nuril tu?!“

“boleh“, jawabku

“yeeee“, jawab Nuril singkat dan padat..

aku dan Ima hanya tertawa mendengar jawaban Nuril.. “hahahaha“. Dan rasanya memang hanya kami yang mengerti arti jawabannya Nuril.


Itulah acara singkat di hari Minggu tanggal 8 April 2007. Acara syukuran wisudaannya Nuril tanggal 24 Maret 2007. Mungkin sangat singkat jadi sedikit kesan yang bisa kuingat. Tapi apakah aku senang?, Alhamdulillah senang walau makanan yang ku makan hanya sedikit, toh niatku ikut acara ini hanya ingin berkumpul bersama temen-temen lama, dan terutama memandangi dia juga. ^_^.


Sekian saja pembahasanku kali ini..

Semua nama yang ada di tulisan ini diakui kebenarannya

Dan kuharap mereka tak meminta royalti dari tulisan isengku ini.

Sekian saja dan terima kasih. ^_^

Tidak ada komentar: