Minggu, 28 Juni 2009

Cerita

Cerita-Tentang-Pangeran-Tidur-Dan-Putri-Malam


Dalam detik yang tak terkata tentang banyaknya, dalam benak hati yang menyimpan hasrat rindu, dimanakah kamu, masihkah engkau mengingatku?


Malam telah datang bersama awan mendung yang tipis. Ah, mungkin aku salah melihat, itu bukanlah langit malam dunia, itu hamparan langit yang selalu mendung seiring kamu yang tak lagi kulihat senyumnya. Aku yang selalu memandangmu dari dekat, dari kejauhan, dan dari balik sekat tipis yang mirip kelambu. Ah bukan, ini hanya kumpulan jaring laba-laba yang telah lama mengitari pintu itu.


Malam makin pekat, dan benar langit semesta hari ini sangatlah terang, kulihat di sebelah barat ada potongan bulan sabit yang masih redup, dan di sisi lainnya kulihat kumpulan bintang yang masih saja setia untuk berglantungan. Scropio, laying-layang dan beberapa rasi lainnya. Langit malam ini memang indah dan membuatku terpukau, dan tanpa sadar membuatku lupa jika sesaat tadi aku baru saja berfikir tentangmu.


Namun tak selamanya yang indah itu bisa kunikmati dengan kekaguman yang lengkap, karena sesaat kemudian tanpa sadar jika kamu telah kembali dalam ingatanku dan lebih kasarnya lagi diantara bintang-bintang itu ada sebuah potongan kecil cahaya yang kuartikan dengan “kamu”. Sejauh itukah harapku padamu, jauh sekali dimana langkahku tak mungkin mampu mencapaimu, walau kurasa kamu masih ada di galaksi Bima Sakti, namun hatiku merasa jika kamu ada di Andromeda. Jauh walau tak sejauh masa lalu yang takan terulang itu.


Akhirnya aku pergi, meninggalkan pemandangan yang menurut beberapa orang sangatlah indah itu. Aku melangkah menuju peraduan yang telah terhampar jelas. Aku ingin tidur dan melupakan semua yang kulihat ataupun yang kudengar tentangmu hari ini. Mungkin aku berharap mimpi datangkan engkau sekali lagi, karena dalam yang “tak ada” itu kurasa aku bisa mengerti tentangmu. Dan semua hal yang ada padamu tiap jengkalnya ada untuk kuhasrati dalam puisi yang lebih berjiwa, karena dalam mimpi kamu ada, kamu ada di cintaku yang terbatas dalam berharap.


Namun sayang kantuk itu tak jua datang, kamu tetap menjadi angan yang rasanya menggantung di atas ubin kamarku. Kamu tak juga bisa terhadir dalam mimpi karena sebuah kantuk yang belumlah datang. Sesekali ku coba bernyanyi untuk memanggil kantuk yang entah sedang bermain di rumah siapa, nina bobo yang indah, namun lagu siapa yang ingin kunyanyikan, apakah bernyanyi tentang lagu Bertepuk Sebelah Tangan? Rasanya tidak, hari ini aku tak ingin mengingat betapa bodohnya aku karena pengharapan padamu itu. hari ini aku hanya ingin bernyanyi “cinta bukan hanya sekedar kata, cinta bukan hanya pertautan hati, cinta bukan hasrat luapan jiwa, cinta tak hanya diam”.


Oh Putri Malamku yang entah dimana, dalam yang terbatas ini aku berharap padamu dan sangat berharap. Adakah cinta ini bisa engkau rasakan pula, jika apa yang bisa kulakukan hanyalah diam?

Tidak ada komentar: