Jumat, 05 Juni 2009

Ingatan

Bagian Dari Sebuah Ingatan Yang Telah Hilang.


Aku, menatap waktu yang mulai lusuh, suram dan tak ada rasa. Semua telah pergi, semua telah menjauh untuk di ingat dan semua memang tak ada lagi. Rona senja tak ada lagi, laku telah berubah, dan iangatan tentang keramaian kala senja hilang tertelan cepatnya perubahan, yang tanpa suara namun pasti. Ah, aku, kenapa aku masih mengingatnya, rasanya telah sangat melelahkan merangkai apa yang telah tertinggal jauh dan pecah menjadi plot yang sempurna dan terangkai dengan indah. Aku lelah.


Aku mulai tak ingat, apa yang membuatku ingin mengingatnya selalu. Siapa dia? Siapa orang-orang itu dan siapa yang dengan sangat cakap berucap tentang pengabdian, sosialisasi dan tanggung jawab? Entahlah. Yang kuingat tentang mereka hanya kumpulan alur yang kacau, yang berantakan, terlebih lagi ada seseorang yang tergabung dalam hirakri ingatan itu membuatku menjerit sakit. Namun, ada beberapa bagian yang membuatku ingat tentang seseorang yang lainnya, aku ingat jika disana ku pernah berucap “Cinta” dalam hati untuk dia yang mungkin telah melupakanku lama.


Diantara deret senja yang menghembuskan angin dingin, dalam pelukan langit yang mulai gelap. Rona-rona wajah itu, rona-rona yang kadang mudah sekali tertawa, terlebih lagi ada seseorang yang terlahir dengan kekocakan tanpa tanding. Atau sepenggal wajah yang bulat, wajah seseorang yang selalu pusing dengan berat badanya. Ah adikku, adik kecilku yang sekarang entah masih mengingatku apa tidak, namun ialah tempat dimana aku mulai belajar bersuara, karena ia adalah kenangan yang penting, karena ia kenangan yang membuatku memiliki saudari di tanah asing itu.


Pengabdian, dalam kata itu masih coba kuingat dengan apa yang pernah kulakukan. Mencoba mengerti untuk apa? Dan mencoba mencari arti dari sempitnya ruang yang telah di isi mereka. Mereka yang jauh, mereka yang hanya bisa kuimpikan, mereka yang tak ada lawan, dan mereka yang sungguh mengajariku arti sesuatu. Ternyata aku terlalu payah. Kucoba mengingatnya jelas, namun semuanya telah remuk, semuanya memang sangat chaos dan aku kehilangan banyak kenangan, karena ini telah lama.


Bintang datang, tanda jika malam telah menyelami bumi dan bumi terselami gelap yang pekat. Sesekali kuingat jika aku pernah menatap purnama disana, lembut dan indah, walau sesekali terhalang awan yang bersliwet diantara hamparan nan luas itu. Ada penggalan tentang malam yang kuingat sebagai “pengabdian” seorang teman. Ia yang sangat lugas dalam berwacana, elok dan sangat menawan tiap deret katanya. Ah, aku ingin sepertinya, seorang perempuan yang mengerti urutan dari sebuah percakapan yang menawan. Temanku.


Rasanya disana juga aku pernah bersapa singkat dengan seseorang, seseorang lelaki yang berbadan tegap. Rasanya aku pun pernah berucap kata yang membuat kami saling menantang, saling merasa perkasa hanya karena gurauan yang kuanggap tak lucu. Ya, sebenarnya bukan karena gurauan itu yang membuatku marah, hanya karena sifat seorang pecundang yang telah dipecundangi kepesimisan, hancur, redam saat menumui keadaan yang disebut “kalah”, terlebih lagi “telak”.


Sinar itu telah hilang, bukan karena malam telah datang, namun mentari damai bersembunyi di balik awan-awan yang mendung. Hari yang basah, dingin, sepenggal cerita di tanah asing itu. sesekali kumenemui hujan, membuatku terkapar dalam dingin yang mendarat masuk kedalam tubuhku. Seperti biasa aku tak kuasa menahan limpahan air dari langit, aku alergi dengan hujan, aku tak mampu berdiri lama dalam hujan. Aku lemah dalam hujan. Hujan membuatku sakit.


Lelaki-lelaki itu kekar, pasti dengan badan mereka yang lumayan mekar. Mereka bisa diandalkan untuk urusan mengangkat. Aku mengenal mereka, aku mendengar mereka, aku pernah memanggil nama mereka, ya mereka manusia yang paling terakhir kukenal, mereka yang paling akhir kusebut namanya. Mereka, tanpa kata, sedikit kata, namun sangat mengerti cara membuat orang-orang senang, mereka seperti ahli marketing yang tau cara merubah kakunya sebuah keadaan dengan senyuman dan bingkisan, atau lebih dari itu. mereka borjuasi kecil yang menyenangkan.


Ada yang tergletak, terkulai lemah dilantai itu. seseorang, seseorang yang telah lama pergi, seseorang yang sepertinya telah lupa denganku, karena pesan pendek yang tak lagi dibalas. Mungkin waktu membuat sebagian orang lupa dan mengalami alienasi akan sebuah nama. Namun tak apalah, mungkin itulah hidup, sesekali dilupankan adalah sebuah kewajaran.


Tidur, menjadi tukang tidur yang selalu gampang tidur. Ah tidak juga, kadang tidur bukanlah sesuatu yang sangat mudah terjadi, walau menemukan sandaran yang sangat nyaman, karena tidur itu pikiran yang lelah. Bukan hanya badan yang lelah. Ada penggalan yang kuingat sebagai sebuh cerita, seorang teman. Ya, dia yang sangat iseng dengan apa yang biasa ia lakukan, membangunkan seorang teman yang masih sangat mengantuk dan kemudian menunjukan kemahiranya bermain ilusi. Ilusi yang awalnya memesonakan, namun ternyata hanya trik yang sudah melekat pada barang yang akan dimainkan. Temanku yang ingin menjadi “magician”.


Terakhir, tentang seseorang yang satu lagi. Seaorang yang mungkin telah melupakanku pula.. teman dari klaten, seorang teman yang pernah berucap “kamu sedikit warna”. Ya, itulah ia, yang sesekali pernah berucap, namun lebih banyak diam.. mungkin perbincangan yang produktif lebih menggugahnya dari pada obrolan yang tak jelas arahnya. Namun pernah kudengar pula jika ia bercerita tentang masa lalu, masa lalu yang tak selalu putih, masa lalu yang berwarna bak pelangi.. masa lalu, ya masa lalu yang sangat berbeda denganku.. kami memang berbeda dan aku memang berbeda dengan yang lainnya..


Itulah kisah, dari bermacam-macam ingatan yang mulai tumpang tindih dan susah untuk disatukan menjadi fragmen yang memesonakan kembali. Sudah, masa lalu itu sudah terlalu lama.. tiga tahun yang lalu kenangan itu terasa manis sekali, kadang ingin kembali ke masa itu hanya untuk bisa tertawa lebih lepas, karena mereka memang membahagiakan, karena mereka adalah bagian singkat yang indah.. mereka teman-temanku… KKN’ku 117………….. semoga kalian semua bahagia dengan pilihan yang kalian pilih….. terima kasih untuk kenangan 3 bulan itu.. terima kasih untuk membuatku bisa mengingatnya walau masih ada sedikit kekacauan, namun aku berterima kasih jika ku bisa melihat kalian sekali lagi.. Terima kasih Tuhan……………………………..^_^

Tidak ada komentar: